Anda mungkin bertanya apakah takdir bisa dirubah oleh manusia atau oleh usaha manusia. Untuk lebih jelas tentang penjelasan takdir, mari kita simak ulasan dibawah ini dengan seksama.
Apakah Takdir Bisa Dirubah, Ini Penjelasan!
Takdir dalam ilmu Tauhid adalah keputusan atau qadha Allah terhadap semua makhluk dan ini sudah ada sejak sebeloum alam ini di ciptakan. Ada banyak ayat al-Quran yang membicarakan tentang takdir Allah, diantaranya adalah Surah al hadid ayat 22 yang berbunyi:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: “tidak terjadi musibah di bumi dan tidak terjadi pada diri kalian kecuali dalam kitab Allah (lauhul Mahfudh) sebelum kami mewujudkannya, sungguh demikian mudah atas Allah.”
Semua yang terjadi hari ini sebenarnya sudah ada tertulis dalam Lauhul Mahfudh, dan semua rentetan yang di alami manusia didunia ini adalah sesuatu yang sudah tertera lebih dulu di lauhul Mahfudh. Jika anda bertanya Apakah takdir bisa dirubah? Maka jawabannya “tidak”, karena semua usaha manusia dalam mengubah nasibnya adalah semua rentetan itu di katakan dengan Takdir. Ini hanya dalam bahasa Manusia saja kita menyebutkan mengubah nasib. Namun hakikatnya, semuanya sudah ada dan tertulis dalam kitab Allah yang jelas (Lauhul Mahfudh).
Dalam Surat as-Shaba ayat 3 Allah berfirman:
لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Artinya: “Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sekecil zarrahpun baik di langit maupun di Bumi, dan tidak tersembunyi yang lebih kecil dari demikian dan yang lebih besar besar, semuanya sudah tertulis dalam kitabNya yang jelas (lauhul Mahfudh).”
Maka, dengan demikian apakah manusia bisa mengubah takdir atau apakah takdir bisa dirubah? Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang tak mendasar dan muncul dari anggapan seseorang bahwa ada perbuatan dan usaha manusia yang tak tertulis di Lauhul Mahfudh. Padahal, semua yang terjadi di alam ini sudah tercatat di lauhul mahfudh dan usaha manusia itu sendiri juga sudah ada di lauhul mahfudh.
Jadi, Bagaimana bisa kita menanyakan APAKAH TAKDIR BISA DIRUBAH?
Usaha manusia, baik itu kerja, do’a, dan lain sebagainya adalah takdir dan semuanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudh. Semua yang terjadi pada diri kita, pada alam ini, atau yang belum terjadi, sejatinya sudah tercatat di Lauhul Mahfudh.
Tidak ada yang telah terjadi atau yang akan terjadi yang tidak terekam di Lauhul Mahfudh, semua sudah ada di sana dan manusia ini hanya menjalani saja. Jadi, apakah takdir bisa dirubah, ini adalah pertaynaan yang keliru karena sejatinya takdir dalam Ilmu Tauhid adalah ketetapan Allah yang sudah jadi terhadap makhluk sejak alam ini belum di ciptakan.
Ketika manusia dengan sadar berusaha keras untuk menghilangkan kemiskinannya dan menjadi orang kaya dan itu berhasil di lakukan dengan ia menjadi orang kaya, sebenarnya itu sama sekali tidak mengubah takdir anda. Karena kejadian anda miskin dan kemudian anda berusaha kuat untuk menjadi kaya dan berhasil anda lakukan, itu semuanya adalah rentetan takdir terhadap anda. Anda miskin di awalnya adalah takdir, kemudian anda bekerja keras, ini juga takdir dan kemudian anda berhasil jadi kaya atau tidak berhasil, itu adalah takdir anda.
Demikian juga sebaliknya, seseorang yang awal hidupnya kaya dan bermalas-malasan dan kemudian jadi miskin. Ia tidak mengubah takdirnya dari kaya menjadi miskin. Karena kehidupan dia sebagai orang kaya di awal hidupnya adalah takdir ia sebagai orang kaya, kemudian bermalas-malas, juga takdir ia sebagai orang malas dan kemudian miskin, ini juga takdir. Tidak ada satupun yang keluar dari takdir.
Maka, ini tidak bisa di katakan bahwa ia telah mengubah takdirnya. Mulut boleh berkata demikian, namun sesungguhnya atau hakikatnya adalah manusia atau makhluk ini sama sekali tidak mengubah takdirnya.
Jadi, kata-kata “lari dari takdir” juga sama sekali tidak ada. Tidak ada makhluk yang lari dari takdir-Nya, yang ada hanyalah berpindah dari satu takdir kepada takdir yang lainnya.
Jadi, kalau anda yang mengatakan jangan lari dari takdir, itu salah kaprah. Tidak ada istilah bisa lari dari takdir. Karena semua rentetan yang terjadi adalah takdir.
Takdir selalu sesuai dengan realitas dan tidak mungkin bisa di pertentangkan sama sekali.
Ada dalam sebuah hadits ditanyakan apakah berobat bisa menolak Takdir Allah, Ya Rasulullah!
يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ رُقَى نَسْتَرْقِي بِهَا، هَلْ تَرُدُّ مَنْ قَدَر اللَّهِ شَيْئًا؟ فَقَالَ: “هِيَ مِنْ قَدَرِ الله”
Artinya: Ya Rasulullah, apa pendapatmu tentang doa ruqyah (Doa penyembuhan) yang kami lakukan, apakah ruqyah bisa menolak sesuatu dari takdir Allah. Rasulullah SAW menjawab, Ruqyah itu adalah bagian dari Tadir Allah.
Asumsi seolah-olah bisa menolak Takdir Allah juga kadang muncul dari kesalahan dalam memahami Ayat Allah surah ar-Ra’d: ayat 11 berikut ini:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: “Bahwa sungguh Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri”.
Dengan memahami ayat itu secara dhahir banyak yang menyangka bahwa kata “keadaan” atau ada yang mengartikan “nasib” suatu kaum, itu adalah keadaan atau nasib yang ada pada Lauhul Mahfudh. Sehingga dengan demikian, seolah-olah manusia bisa mengubah nasibnya atau bisa mengubah takdir Allah.
Jadi, pemahaman itu tidak tepat karena Takdir Allah tidak tidak berubah sama sekali sebagaimana yang telah kita jelaskan di atas. Takdir Allah sudah tertulis sejak alam ini belum anda.
Kata “Nasib” atau “keadaan” yang ada dalam ayat ar ra’du tersebut maksudnya adalah keadaan mendapatkan Nikmat Allah secara terus menerus. Allah memberikan nikmat kepada hamba-Nya terus menerus. Namun kemudian ketidak kaum tersebut mengubah keadaannya dengan bermaksiat kepada Allah, maka Allah hentikan nikmat itu atas mereka. Ketika mereka bermaksiat, maka nikmat yang tadinya di berikan terus menerus, sekarang di ubah jadi musibah. Demikian juga saat maksiat di hentikan, maka nikmat akan kembali di berikan.
Jadi, semua itu adalah jalan takdir Allah, bukan manusia bisa mengubah nasibnya atau keadaannya dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.
Anda juga tertarik:
- Kapan Hari Kiamat Datang? Tanda-Tanda Kiamat Kubra
- Shalat Istikharah – Tata Cara, Do’a dan Panduan Lengkap Shalat Istikharah
- Lirik Sholawat Khudzuni: Khudzuni Fabu’di…
Dalam Tafsir Ibnu Katsir ada riwayat Ibnu Hatim:
أَوْحَى اللَّهُ إِلَى نَبِيٍّ مِنْ أَنْبِيَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ: أَنْ قُلْ لِقَوْمِكَ: إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِ قَرْيَةٍ وَلَا أَهْلِ بَيْتٍ يَكُونُونَ عَلَى طَاعَةِ اللَّهِ فَيَتَحَوَّلُونَ مِنْهَا إِلَى مَعْصِيَةِ اللَّهِ، إِلَّا تَحَوَّلَ لَهُمْ مِمَّا يُحِبُّونَ إِلَى مَا يَكْرَهُونَ
Artinya: “Allah mewahyukan kepada nabi daripada nabi-nabi bani Israil: Tidak ada daripada ahli qaryah (kampung) dan ahli rumah yang ta’at kepada Allah dan kemudian mengubahnya menjadi bermaksiat kepada Allah kecuali berubah keadaan yang mereka sukai menjadi keadaan yang tidak mereka sukai.” (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, vol. IV, hlm. 440)
Ayat Allah dalam surah ar Ra’du di atas juga seuai dengan firman Allah dalam ayat lain di surah al-anFal ayat 53 yang bunyinya:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: yang demikian bahwa Allah tidak mengubah nikmat yang telah di berikan kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (dari tha’at kepada maksiat), dan Allah adalah maha mendengar lagi mengetahui.
Maka, takdir adalah sesuatu ketetapan Allah yang sudah ada sejak alam ini belum di ciptakan, dan semua yang terjadi, semua rentetan yang terjadi dalam kehidupan manusia hanya takdir. Manusia tidak bisa mengubah takdir itu karena semua bentuk usaha manusia juga termasuk takdir. Maka, jika ada yang bertanya apakah takdir bisa dirubah? Jawabannya “Tidak”, dan semua yang terjadi adalah takdir. Bahkan anda bekerja keras mengubah nasib juga takdir, kemudian anda kaya setelah kerja, itu juga takdir, atau anda tidak kaya setelah kerja keras, itu juga takdir.
Wallahu a’lam bish-shawab!