Ada banyak fakta dan keistimewaan hajar aswad yang belum diketahui banyak orang. Awalnya, hajar aswad atau dalam bahasa Indonesia disebut batu hitam adalah berasal dari surga, namun kemudian di turunkan kebumi dimana warna hajar aswad pada awalnya adalah putih seperti susu namun kemudian berubah menjadi hitam akibat dari dosa manusia.
Syeikh Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki dalam karyanya Al-Hajj Fadlail wa Ahkam, halaman 263 menceritakan fakta hajar aswad serta kesitimewaannya. Berikut kita simak satu persatu kelebihan, keistimewaan hajar aswad yang kini disimpan di pojok ka’bah sebelah timur laut.
Keistimewaan dan Fakta Hajar Aswad
Pertama; Agama mensyari’atkan kita untuk mencium dan mengusap tangan ke hajar aswad, ini sesuai dengan kejadian dan kisah yang terjadi pada sayyidina Umar bin khattab RA, dimana beliau pada suatu waktu mendatangi hajar aswad dan menciumnya serta mengusapnya. Ketika mencium hajar aswad, Sayyidina Umar berkata:
إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Artinya: “Aku tahu bahwa kamu adalah batu, tidak bisa memberi musharat dan memberi manfaat, jikalau tidak bahwa sesungguh aku melihat Rasulullah SAW menciummu, sungguh aku tidak menciummu”.
Dari hadits di atas kita tahu bahwa Sayyidina Umar mencium batu hitam hajar aswad adalah karena beliau melihat sendiri Rasulullah SAW melakukannya, bukan karena batu itu bertuah. Artinya beliau ingin melakukan apapun yang di lakukan Rasulullah SAW, maka hingga hari ini mencium hajar aswad adalah sebuah syariat dalam agama Islam.
Jadi, karena sudah menjadi syariat, maka siapun menciumnya akan mendapatkan fahala dana kemuliaan.
Kedua; Hajar aswad menempati tempat paling mulia di muka bumi ini. Ia di tempatkan di pojok ka’bah sebelah timur laut dari sisi ka’bah. Semua orang yang melakukan tahwaf, mereka wajib memulainya dari pojok ini.
Ketiga; Hajar aswad menempati posisi termulia di muka bumi, ia berada di bagian atau pojok pertama kali di bangun oleh Nabi Ibrahim bersama dengan Nabi Ismail.
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: “dan pada ketika Nabi Ibarahim dan Ismail membangun pondasi ka’bah beliau berkata “Wahai Tuhan kami, terimalah dari kami bahwa sungguh engkau adalah maha mendengar dan maha mengetahui”.
Ke empat; Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Ubaid bahwa Rasulullah SAW. mengkiaskan hajar aswad sebagai “tangan Allah” barang siapa mengusap hajar aswad seolah-olah ia terlah berjabat tangan dengan Allah. Orang tersebut juga dianggap seperti sedang berbai’at kepada Allah SWT dan Nabi SAW. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
مَنْ فَاوَضَهُ، فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ
Artinya: Siapa saja yang bersalaman dengan hajar aswad seolah-olah ia telah bersalaman dengan Allah SWT.
Ke lima; Hajar aswad mempunyai cahaya yang memancar besar, namun Allah menutupinya. Ini sebagaimana yang ada dalam hadits riwayat Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Hibbân.
Ke enam; Hajar aswad akan bersaksi kepada siapa saja yang pernah menyentuhnya dengan sungguh-sungguh. Ini sebagaimana yang ada dalam hadits yang diriwayatkan dalam kitab as-Sunan karya at-Tirmidzi dan al-Ausath karya at-Thabrany.
Ke tujuh; Dalam hadist riwayat at-Thabrany, di sebutkan bahwa Batu hajar aswad memberikan syafaat dan syafaatnya di terima oleh Allah Swt
Kedepan; Hajar aswad seolah-olah tangan Allah yang ada di muka bumi, sebagaimana yang tersebut dalam hadits berikut:
إِنَّ الْحَجَرَ الْأَسْوَدَ يَمِينُ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ، فَمَنْ لَمْ يُدْرِكْ بَيْعَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَسَحَ الْحَجَرَ، فَقَدْ بَايَعَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ»
Artinya: Sesungguhnya hajar aswad adalah tangan Allah di muka bumi, siapa yang tidak berbai’at terhadap Rasulullah SAW maka ia mengusap hajar aswad, maka ia sudah membai’at Allah dan Rasul-Nya. Ini tersebut dalam kitab Akhbaru Makkah wa Mâ Jâa minal Âtsâr, Beirut, juz 1.
Itulah fakta dan keistimewaan hajar aswad yang ada di dinding Ka’bah ini, Semoga kita sempat mencium hajar aswad dan mengusapnya dengan tangan kita sebagaimana yang telah di lakukan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW.