Kitab aqidatul awam adalah kitab penting yang membahas tentang hal substansial dalam Islam. Aqidatul awam adalah kita yang menjelaskan tentang akidah mukmin yang berkenaan dengan keimanan.
Itulah sebabnya mempelajari kita tersebut menjadi kewajiban semua orang Islam, tidak hanya santri bahkan semua orang Islam wajib mengetahui akidahnya.
Bagaimana kita bisa mengetahui aqidah Islam jika tidak belajar, maka mempelajari kita tersebut menjadi hal penting dan pelajaran wajib dalam pesantren-pesantren di Indonesia.
Mengenal Kitab Aqidatul Awam
Kitab ini adalah pelajaran pokok tentang hal fundamental yaitu keimanan. Aqidatul Awam berbicara tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil bagi Allah dna yang jaiz. Juga, membicarakan tentang sifat wajib, mustahil dan harsu bagi Nabi SAW.
Dalam Islam ada tiga ilmu yang wajib di pelajari semua orang yang berakal, baligh. Ketiga ilmu tersebut di sebut dengan istilah Fiqh (mempelajari tentang dhair syariat), ilmu Tasawuf (mempelajari tentang akhlak dhahir bathin) dan ilmu Tauhid yaitu ilmu asas yang mempelajari tentang keimanan dan keyakinan terhadap Tuhan dan Utusan-Nya.
Dikalangan pesantren, ketiga ilmu tersebut sering di umpamakan dengan Tauhid sebagai pondasi atau tanah, ilmu fiqh sebagai tanaman dan Tasawuf di umpamakan sebagai pagar yang menjaga tanaman tersebut.
Jadi, ketiganya sangat penting dan yang utama adalah ilmu tauhid karena tidak mungkin kita bisa bercocok tanam tanpa ilmu tanah, kemudian tanaman dan pagar yang siap menjaga tanaman tersebut.
Ilmu Tasawuf umpa pagar yang menjaga tanaman, pagar yang akan menjaga amalan kita sehari-hari. Karena amalan tanpa ada akhlak dan ihsan atau tanpa terpelihara dari penyakti bathin, maka amalan kita akan sia-sia.
Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid
Mempelajari ilmu tauhid hukumnya fardhu ‘ain, sama juga seperti mempelajari ilmu fiqh untuk bisa beribadah kepada Allah (ukuran bisa beribadah kepada Allah) juga fardhu air.
Demikian juga dengan hukum mempelajari ilmu tasawuf yang gunanya untuk menjaga amalan juga fardhu ‘Ain.
Artikel menarik lainnya:
- Kitab Jurumiyah Bab Kalam (الكلام) – Ayo Ngaji Nahwu
- Mengenal Kitab Mauidlatul Mukminin, Ringkasan Kitab Ihya Ulumuddin
Mempelajari ilmu Tauhid tidak hanya mengetahui begitu saja, namun kita wajib juga mengetahui dalil logikanya atau dalil aqli tentang adanya Allah, Qadimnya Allah, Baqa-nya Allah dan lain sebagainya yang jumlahnya 20 sifat.
Itu wajib atas mukallaf untuk mengetahuinya serta dalil secara global. Sementara mempelajarinya secara terperinci hukumnya adalah fardhu kifayah.
Ilmu Tauhid yang kita pelajari tersebut harus sesuai dengan ilmu yang di ajarkan atau di jelaskan oleh Asy’ariyah dan Maturidiyah yaitu tauhid Ahlussunnah wal Jama’ah.
Jadi, kitab Aqidatul Awam adalah kitab yang mempelajari ilmu tauhid Ahlussunnah Wal jamaah. Maka, kita tersebut menjadi kitab penting di setiap pesantren.
Di pesantren atau dayah kita mempelajari berbagai kita aqidah Islamiyyah sesuai dengan tingkatannya.
Misalnya di tingkat aliyyah dan ke atas kita mempelajari kitab Kifâyatul ‘Awâm, Tuhfatul Murîd Syarh Jauharah at-Tauhîd, al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, Nadham Kharîdah al-Bahiyyah, kitab Hud hudi, kitab Dasuki.
Namun bagi santri yang masih dibawah aliyyah atau di tingkat tsanawiyyah, disana di ajarkan kitab Mandhûmah ‘Aqîdatul ‘Awâm serta syarahnya.
Pengarang Kitab Aqidatul Awam
Kitab Aqidah Awam adalah sebuah kitab susunan al-Imam al-‘Allâmah Ahmad bin Muhammad Ramadhân bin Manshûr al-Makki al-Marzûki al-Mâliki al-Husaini al-Hasani.
Beliau adalah seorang ulama mazhab Maliki bahkan dikalangan mazhab maliki beliau adalah seorang Mufti pada masanya.
Syekh Ahmad al-Marzûqi lahir di Mesir pada tahun 1205 H dan kemudian menuntut ilmu agama ke Mekkah, hingga akhirnya beliau mengajar di Mesjidil Haram dan beliau dinagkat sebagai mufti dalam mazhab maliki.
Syeikh Marzuki terkenal dengan kezuhudannya, dan ketaqwaannya. Salah satu guru beliau adalah Syekh Ibrâhim al-‘Abîdi, ini adalah guru Qira’ah Sab’ah. Sementara murid-murid beliau juga banyak yang menjadi ulama besar diantaranya adalah Syekh Ahmad ar-Rifâ’i, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan Syekh Ahmad Dahman.